Jumat, 08 April 2016

laporan maserasi

BAB I
PENDAHULUAN
I.1     Latar Belakang
Sejak zaman dahulu minat masyarakat untuk kembali memanfaatkan kekayaan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, semakin meluas. Berbagai ramuan obat dari alam yang sejak dahulu kala telah digunakan oleh nenek moyang kita kini mendapat perhatian yang besar. Para ahli terus-menerus mengadakan penelitian dan pengujian terhadap sejumlah tumbuhan yang berkhasiat untuk pengobatan, baik dalam negeri maupun di luar negeri.
Menurut perkembangannya, saat ini obat tradisional Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yakni obat kelompok jamu dan obat kelompok fitoterapi (fitofarmaka). Dalam kaitannya tersebut, dalam farmasi terdapat bidang ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan khususnya komponen kimia yang terkandung dalam tumbuhan tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat.
Orang-orang telah memanfaatkan tumbuhan untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satunya adalah untuk menyembuhkan penyakit, berdasarkan senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan tertentu. Seperti halnya makhluk hidup yang lain, tumbuhan melakukan metabolisme yang akan menghasilkan senyawa kimia yang bermanfaat. Senyawa metabolit terbagi atas dua, yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Senyawa metabolit primer seperti karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Sedangkan senyawa metabolit sekunder antara lain alkaloid, flavanoid, saponin, tannin, steroid, vitamin dan minyak atsiri. Cara yang digunakan untuk menarik atau mengisolasi senyawa kimia tersebut disebut ekstraksi. Adapun, ektraksi yang dapat dilakukan adalah ekstraksi dengan metode maserasi.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan ekstraksi senyawa metabolit sekunder dengan metode maserasi yakni perendaman sampel dengan pelarut yang cocok. Sampel yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah simplisia daun nangka (Arthocrpus integra) dalam bentuk haksel.

I.2     Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan kali ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara mengekstraksi simplisia dengan metode maserasi
I.2.2 Tujuan Percobaan
1.    Untuk mengetahui proses ekstraksi dengan metode maserasi pada sampel daun nangka (Artocarpus heterophyllus)
2.    Untuk mendapatkan ekstrak dari simplisia daun nangka (Artocarpus heterophyllus)
I.3     Prinsip Percobaan
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cairan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuaipada temperatur kamar, terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk kedalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didalam sel dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA     
II.1      Dasar Teori
Istilah fitokimia (dari kata “phyto” = tanaman). Dari maknanya dapat ditafsirkan bahwa fitokimia menguraikan aspek kimia suatu tanaman. Sementara itu, penyelidikan tentang kehidupan tanaman secara kimia merupakan tugas dari biokimia. Dengan demikian fitokimia berarti kimia suatu tanaman, jadi meliputi dari biokimia sehingga dinyatakan juga sebagai biokimia tanaman. Kajian fitokimia meliputi (Sirait, 2007 hal:102):
1.    Uraian tentang isolasi dan konstitusi senyawa kimia dalam tanaman.
2.    Perbandingan struktur senyawa kimia tanaman; berdasarkan definisi ini dilakukan penggolongan senyawa kimia yang ditemukan di alam.
3.    Perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis tanaman atau penelitian untuk pengembangan senyawa kimia dalam tanaman.
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organik.
Beberapa metode pengujian, diantaranya adalah pengolahan sampel, ekstraksi, partisi ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
II.1.1   Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif  yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Dirjen POM, 2000 hal: 207).
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas. Jenis-jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut:
1.    Ekstraksi secara dingin
ü Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988).
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin. Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
Ø Modifikasi maserasi melingkar
Ø Modifikasi maserasi digesti
Ø Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
Ø Modifikasi remaserasi
Ø Modifikasi dengan mesin pengaduk (Sudjadi, 1988).
ü Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (mark) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien (Sutriani L, 2008).
2.         Ekstraksi secara panas
Ø Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator (Sutriani L, 2008).
Ø Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon (Sudjadi, 1988).
Keuntungan metode ini adalah (Sudjadi, 1988):
Ø Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
Ø Digunakan pelarut yang lebih sedikit
Ø Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini (Sudjadi, 1988):
Ø Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
Ø Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
Ø Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah (Sudjadi, 1988).
ü Metode destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya (Sutriani L, 2008).
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:
·      Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.
·      Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar.
·      Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi.
·      Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dengan bahan ekstraksi.
·      Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen bahan ekstraksi.
·      Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.
Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik (Sutriani L, 2008).
II.2        Uraian Bahan
1.    Alkohol (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi      :    Aethanolum
Nama lain        :    Etanol, alkohol, ethyl-alkohol
RM/BM           :    C2H6O/46,07
Rumus struktur      :


Pemerian          :    Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan         :    Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter
Penyimpanan   :    Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan        :    Pelarut





II.3        Uraian Tanaman
1.    Klasifikasi Tumbuhan (Dalimartha, 2008).
a.    Taksonomi
Kingdom           : Plantae
Divisi                 :  Spermatophyta
Kelas                 :  Magnoliopsida
Ordo                  :  Urticales
Famili                :  Moraceae
Genus                :  Artocarpus
Spesies              : Artocarpus heterophyllus
b.    Uraian Tanaman
Tanaman nangka termasuk pohon buah-buahan yang banyak ditanam di pekarangan, ladang, atau kadang tumbuh liar pada tanah yang tidak tergenang air. Tumbuhan asli nusa tenggara ini tumbuh baik di perbukitan dan dapat ditemukan daro 50-1200 m dpl.
Pohon besar, tinggi 8-15 m, bergetah, berbuah terus-menerus. Daun tebal seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai 1-4 cm. Helaian daun memanjang atau bulat telur sungsang, tepi rata kadang berkeluk 3-5, ujung meruncing, pangkal menyempit, permukaan atas mengkilap, panjang 7-15 cm, lebar 4,5-10 cm, berwarna hijau tua. Bunga dalam bulir, berkelamin tunggal dalam satu pohon. Buah besar bergantung pada batang atau cabang utama, bentuk memanjang atau berbentuk ginjal, panjang 30-90 cm, lebar sekitar 50 cm, berkulit tebal dengan duri tempel pendek berbentuk piramida, berwarna hijau kekuningan, dan berbau keras. Berat buah mencapai 20 kg. daging buah tebal berwarna kuning de sekeliling biji. Biji lonjong, panjang 2,5-4 cm.
Daging buah dan biji dapat dimakan, buah muda dibuat sayur. Kayu dipakai untuk bahan bangunan, getah digunakan sebagai perekat untuk menangkap burung, daun untuk makanan ternak, serta batang dan kulit kayu mengandung zat warna yang dapat digunakan untuk mewarnai makanan atau bahan pakaian
c.    Kandungan kimia dan manfaat tanaman
Rasa buah manis, agak asam, bersifat netral. Berkhasiat merangsang liur keluar, menghilangkan haus, membantu pencernaan, dan meluruhkan dahak. Rasa getah kelat, berkhasiat mengurangi bengkak, menghilangkan nyeri (analgesik). Rasa biji manis, sedikit asam, bersifat netral, dan mengandung zat gizi. Berkhasiat meningkatkan energi dan merangsang ASI keluar ( laktagoga). Kayu berkhasiat pereda kolik (spasmolitik).
Kayu mengandung zat warna kuning yang dinamakan morine, alkaloid, saponin, glucoside, dan Ca oxalat. Kulit kayu mengandung resin, cycloheterophillin, dan tanin. Daun mengandung alkaloid, saponin, glucoside, tanin, dan Ca oxalat. Getah mempunyai zat aktif asam serotat, steroketone, dan artostenone. Daging buah mengandung albuminoid, karbohidrat, minyak lemak, vitamin C, dan karoten.









BAB III
METODE KERJA
III.1       Alat dan Bahan
III.1.1   Alat
Gunting

Neraca Ohaus

Batang Pengaduk

Gelas Ukur 500 mL

Bejana Maserasi


III.1.2Bahan
Cairan Penyari
Tissue
Daun Nangka
Aluminium Foil

III.2  Cara Kerja
Diaduk sampel
Diukur cairan penyari sebanyak 1450 mL
Dimasukkan sampel kedalam bejana maserasi
Dimasukkan cairan penyari kedalam bejana maserasi
Sampel dipotong kecil-kecil
Ditimbang sampel sebanyak 250 gram

Ditutup menggunakan dengan aluminium foil, dan disimpan pada suhu kamar

 


BAB IV
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini dilakukan ekstraksi pada sampel daun nangka (Arthocarpus integra) dengan menggunakan metode maserasi. Maserasi adalah salah satu proses ekstraksi dengan cara merendam serbuk simplisia dalam bejana dengan cairan penyari selama beberapa hari dengan temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Ekstraksi ini dilakukan dengan tujuan untuk menarik senyawa metabolit sekumetode ini sangat cocok untuk bahan berupa daun yang sifat bahannya tidak tahan terhadap suhu tinggi (Yulianingsih, 2006). Tujuan dari ekstraksi ini yaitu untuk menarik senyawa metabolit sekunder yang terkadung pada daun nangka.
Pertama-tama dilakukan pemotongan sampel sehingga ukuran sampel lebih kecil. Tujuan dari memperkecil ukuran sampel adalah agar senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam sampel dapat keluar(Munawaroh, 2009).Sampel yang telah siap ditimbang sebanyak 250 g dan dimasukkan kedalam bejana maserasi. Selanjutnya diukur cairan penyari sebanyak 1450 mL menggunakan gelas ukur. Cairan penyari yang digunakan adalah alkohol 70 % hal ini karena pelarut alkohol adalah pelarut yang baik dalam melarutkan metabolit sekunder yang ada pada sampel daun nangka (Arthocarpus integra) (Achrom, 2010).Kemudian cairan penyari ditambahkan kedalam bejana maserasi yang telah berisi sampel. Dilakukan pengadukan selama 1 menit secara manual pada suhu ruang dan tanpa terkena cahaya. Pengadukan bertujuan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk simplisia sehingga tetap terjaga adanya derajat konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan diluar sel (Damayanti, 2012).
Selanjutnya dilakukan perendaman selama 1 kali 24 jam di dalam tempat yang tertutup dan terlindung dari cahaya agar proses dapat berlangsung secara efektif.  Setelah 24 jam proses maserasi dihentikan, diperoleh ekstrak daun nangka yang kemudian dilanjutkan dengan proses penyaringan. Penyaringan diakukan untuk memisahkan antara sampel dengan cairan penyari yang mengandung zat aktif (Anis, 2011). Filtrat yang didapat berwarna hijau pekat hal ini dikarenakan warna daun nangka yang diekstraksi berwarna hijau. Hasil penyaringan disimpan dalam wadah kaca dan selanjutnya ditutup dengan aluminium foil dan diberi lubang kecil serta dikeringkan diatas waterbath untuk mempercepat proses penguapan.


























BAB V
PENUTUP
V.1    Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan  dapat disimpulkan :
1.    Sampel daun nangka (Arthocarpus integra) dapat diekstraksi dengan metode maserasi.
2.    Ekstrak yang diperoleh dari sampel daun nangka (Arthocarpus integra) berupa ekstrak berwarna hijau.
V.2    Saran
                  Diharapkan praktikan dapat dengan teliti dalam melakukan penimbang dan penyaringan ekstrak agar memperoleh hasil ekstrak yang baik. 




















DAFTAR PUSTAKA

Anis, S. 2011. Optimasi Fungsi Pigmen Bunga Mawar Sortiran berbagai Zat Pewarna Alami dan Bioaktif pada Produk Industri. Jurnal Teknik Industri 12(2): 96-104

Achrom,M. 2010. Kajian Potensi Irradiasi Sinar Gamma Sebagai Metode Perlakuan Karantina Tumbuhan.Bekasi: Kementrian Pertanian

Dalimartha, S. 2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.Jakarta: Pustaka Bunda

Damayanti, A. 2012. Pemungutan Minyak Atsiri Mawar (Rose oil) dengan Metode Maserasi. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Munawaroh, S. 2009. Ekstraksi Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrushystrix D.C) dengan Pelarut Etanol dan N-Heksan. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Yulianingsih, et al. 2006. Seleksi Jenis Bunga untuk Produksi Mutu Minyak Mawar. Bogor: Institute Pertanian Bogor














-       Diukur alkohol 70% sebanyak 400 mL
Alkohol 70%
Sampel
LAMPIRAN


-       Ditimbang sebanyak 250 g
-       Dimasukkan kedalam bejana maserasi
-       Dimasukkan alkohol kedalam bejana maserasi yang berisi sampel
-       Ditutup bejana maserasi dengan aluminium foil
-       Didiamkan selama 1 hari
Ekstrak daun nangka (Arthocarpus integra)
 








-       Disaring menggunakan kain putih
-       Diambil filtrat
-       Dimasukkan kedalam wadah kaca
-       Ditutup dengan aluminium foil
-       Diberi beberapa lubang diatas aluminium foil
-       Dipanaskan diatas waterbath
                                                                                               



Ekstrak kering daun nangka (Arthocarpus integra)
 








                                                                                                        






Tidak ada komentar:

Posting Komentar